Bagian 1
Sebut saja namaku cici ( samaran) ku kisahkan hal ini kepada pembaca bukan untuk ditiru tetapi hanya sekedar gambaran hidup seorang anak manusia yang jatuh kedalam dosa.
Tubuhku berkulit kuning Langsat dengan rambut panjang sebahu disertai Tinggi badan 160 cm juga bibir tipis merah dan aku berusia tiga puluh an tahun punya satu anak Sementara suamiku Mas Ardi (Semaran) seorang lelaki pengangguran.
Berawal sekira tahun 2019 saat mas Ardi di phk dari salah satu perusahaan di kota Pekanbaru aku berkenalan dengan teman suamiku sebut saja namanya rahman ( Samaran ).
Awalnya rahman hanya datang dan berbincang seputar kisah masa lalu saat mas Ardi dan bang rahman duduk di bangku kuliah, namun lama kelamaan mereka sering keluar rumah dan pulang dini hari.
Mulanya aku mengira mereka keluar rumah hanya sekedar untuk bersantai tetapi sering kali akhir akhir ini mas Ardi pulang dalam keadaan mabuk hal tersebut dapat saya ketahui dari bau mulut yang ber aroma minuman keras serta suamiku yang tadinya bukan perokok setelah berteman dengan bang rahman kini dia menjadi perokok, bahkan suatu ketika aku menemui paket kecil di dalam plastik seperti tewas di saku baju mas Ardi.
"Mas..., kenapa selalu ada plastik kecil yang berisikan seperti garam ada ku temui di kantong bajumu, apa isi plastik itu mas ? ", tanyakan penasaran.
"sudah jangan banyak tanya, itu hanya obat penenang !" , batasnya singkat.
"Kemana sih..., hampir tiap malam keluar rumah bersama bang rahman?",tanyaku lagi.
"Kami hanya pergi untuk berwenang senang karena pikiranku galau", balasannya.
"Sampai kapan mas Ardi tidak bekerja karena sebentar lagi anak kita akan bersekolah", lagi lagi aku bertanya kepada ayah dari anakku itu.
"Sudahlah..., jangan banyak tanya yang penting kita masih dapat makan walau aku belum bekerja?", katanya Ketus.
Mendengar hal itu, aku hanya membasuh saja namun diam diam aku mulai curiga dan ingin mengetahui apa saja yang di lakukan mereka saat keluar malam sehingga saya tanpa sepengehuan mas Ardi meminta Nomor wa bang rahman dengan tujuan agar mengetahui langkah langkah mereka berdua.
Aku berpikir guna mengetahui apa yang dilakukan mas Ardi setiap malam tentunya harus mendekati bang rahman untuk mengorek iformasi seputar kegiatan mereka sehingga sering kali aku mengirim pesan watsap kepada bang rahman disaat mereka tidak bersama.
Awalnya isi pesan kami hanya sekedar biasa bisa saja, namun seiring berjalannya waktu bang rahman mulai respon dengan setiap pesan yang ku kirim bahkan lelaki bertubuh tegap berkumis tebal itu terkadang sering bercanda dengan menyebut namaku sayang tetapi bagiku itu hanya sekedar ucapan biasa saja tetapi suatu ketika akhirnya...(bersambung.../datuk raja kayal)
Redaksi Hardedi